Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

kalimat tunggal dan kalimat majemuk

Kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah dua jenis kalimat (dari sekian banyak nama-nama kalimat) yang yang dibedakan berdasarkan jumlah klausa di dalamnya. Atau, dulu bukan klausa yang dipakai, melainkan pola kalimatnya atau jumlah S(ubjek) dan P(redikatnya)

Open House, Indonesianya Apa?

Istilah open house, dalam penelusuran google, dalam waktu 0.09 detik ditemukan 188.000.000 hasil. Ditambahkan kata Lebaran ditemukan 927.000 dalam 0.11 detik, ditambahkan kata Natal ditemukan 2.050.000 hasil dalam 0.10 detik. Saat kita tambahkan kata pejabat, menjadi open house pejabat, google dalam waktu 0.14 detik ditemukan 593.000 hasil. Dengan catatan bahwa penambahan kata pejabat, pengusaha, lebaran, dan natal untuk mengurangi penggunaan istilah itu dalam bahasa Inggris. Artinya, bisa kita simpulkan istilah open house sudah bukan istilah asing lagi, tetapi istilah yang sudah cukup memasyarakat.

Pakai ber- kalau tidak tepat 1 Syawal

Sewaktu saya mengirim ucapan lewat SMS, teman saya tidak membalas ucapan itu, malahan memprotesnya. Masalahnya sederhana, yaitu saya menuliskan, “Selamat Berlebaran 1432 H”. Anda bisa melihat sesuatu yang berbeda pada ucapan saya? Ya, betul. Saya mengatakan berlebaran, bukan lebaran. Pada ucapan saya, saya menambahkan awalan ber-, tidak seperti kebanyakan orang yang cukup mengatakan, “Selamat Lebaran”. Mari kita coba untuk menganalisisnya.

sms-an atau bbm-an yang salah

OK, nanti kita SMS-an ya! Ah, enaknya BBM-an! Anda pernah mendengar kalimat seperti itu? Atau, mungkin Anda pernah mempergunakan kalimat seperti itu? Sepintas tidak ada kata yang salah pada kalimat tersebut. Saya tekankankata, bukan kalimat sebab secara struktur, kedua kalimat di atas tidak memenuhi aspek kebakuan kalimat. Pada kalimat tersebut, bentukan SMS-an dan BBM-an dipakai untuk menyatakan makna 'saling' atau 'resiprok' atau 'berbalasan'. Apakah betul?

mempercayai tidak pakai p

Ini soal seluk-beluk pembentukan kata. Ilmunya merupakan cabang dari linguistik, yaitu morfologi. Membentuk kata perkara gampang alias mudah sebab kita sudahterlatih sejak kecil untuk bercakap-cakap atau berkalimat-kalimat sehingga terus-menerus memproduksi kata. Namun, perkaranya jadi lain, kalau bentukan kata yang kita buat itu keliru, tidak beraturan atau tidak sesuai dengan kaidah lazimnya pembentukan kata, maka kata-kata yang kita buat salah. Persoalannya adalah jika kita menjadi pejabat lalu bentukan kata yang kita buat itu ditiru banyak orang maka kita akan mengacaukan prooses pembakuan bahasa yang dilakukan oleh orang-orang pintar yang bertahta di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Nah, akhirnya bahasa kita tidak punya kata-kata baku sehingga sulit untuk menjadi bahasa keilmuan.

mengapa koma di sana

Saat saya sedang menyiapkan powerpoint untuk pelajaran di kelas saya, seorang rekan guru terdengar berkata, "Selalu...selalu saja, sudah diberi tahu jangan koma di sana, eh, tetap saja koma di sana!" "Siapa, Pak?" tanya saya. "Anak-anak," jawabnya. "Banyak anak-anak yang koma, Pak?" "Bukan...bukan anak-anak yang koma. Anak-anak selalu salah meletakkan tanda baca koma." "O, begitu. Memang, kalimatnya bagaimana?" "Saya bilang pakailah tanda koma sesuai dengan intonasi baca. Bukan begitu, Pak?" tanya Pak Guru itu. Saya tersenyum. "Lho, jadi pernyataan saya salah, Pak?" Seolah dia tahu maksud senyum saya. "Yang saya ketahui, Pak, di ejaan kita, tidak ada penjelasan pemakaian tanda baca koma harus mengikuti intonasi baca kita dalam kalimat," terang saya. "Nah, nah, guruku dulu salah dong." "Kalau guru tidak salah, Pak. Biasanya, mereka hanya khilaf." "Ya, ya, say

Kapan luluhnya?

Peluluhan atau nasalisasi merupakan salah satu proses morfologis. Proses morfologis adalah proses-proses yang bersangkut paut dengan pembentukan sebuah kata. Dalam pembentukan sebuah kata, bahan dasarnya adalah satuan bentuk terkecil yang memiliki makna, biasanya dikenal dengan sebutan morfem. Ada dua jenis morfem, yaitu morfem bebas (berupa kata dasar) dan morfem terikat (berupa imbuham). Nah, penggabungan antara morfem terikat (sebuah imbuhan) dengan kata dasar pada kasus tertentu akan menyebabkan terjadonya proses peluluhan. Imbuhan yang terkena proses ini adalah me- (meN-, meng-) dan pe- (peN-, peng-). Imbuhan lain tidak terkena proses ini. Kata dasar yang terkena proses ini adalah kata dasar yang diawali /k/, /t/, /s/, dan /p/. Jadi, me- dilekatkan pada kirim menjadi mengirim, /k/ diubah menjadi /ng/ me- dilekatkan pada tulis menjadi menulis, /t/ diubah menjadi /n/ me- dilekatkan pada sapu menjadi menyapu, /s/ diubah menjadi /ny/ me- dilekatkan pada putar menjadi

Setelah ada subjek di belakang!

Biasanya dalam kalimat bahasa Indonesia, subjek terletak di depan predikat. Seperti dalam kalimmat: Ibu pergi ke pasar . Kakak mengiris SMS tadi . Dua kalimat di atas masing-masing bersubjek ibu dan kakak . Keduanya terletak di depan predikat kalimat masing-masing. Kalimat yang subjekya mendahului predikat dikenal dengan istilah kalimat normal. Selain kalimat normal, dikenal juga kalimat inversi, yaitu kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja ada merupakan kata kerja yang ketika menjadi predikat selalu mendahului subjek. Contoh: Ada tamu di rumahku. Ada pertemuan besok . Nah, subjek kedua kalimat tersebut masing-masing tamu dan p ertemuan tersebut . Itulah kalimat inversi. Kalimat inversi sering dalam bentuk psif. Contoh: Di lemari tergantung pakaian . Di sana diadakan pameran . Subjeknya masing-masing pakaian dan pameran . Selamat membaca!