Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

pemakaian tanda titik koma (;)

Di antara tanda baca yang dijelaskan dalam ejaan kita mungkin hanya titik koma (;) yang tidak memiliki banyak aturan dan mudah untuk diingat. Untuk mudahnya memahami aturan pada ejaan kita, saya menyederhanakan bahwa titik koma sama dengan konjungsi (dengan rumus (;)=koordinator).Biasanya,titik koma dipakai pada kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa yang setara. Artinya, kalimat yang di dalamnya terdapat tanda titik koma berarti kalimat itu adalah kalimat majemuk setara.

pemakaian titik dua (:)

Pada kesempatan ini kita bahas tentang pemakaian titik dua (:) di dalam sebuah kalimat. Acuan yang saya pakai adalah aturan di dalam  Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (selanjutnya disebut EYD). Namun, fokus saya pada pemakaian tanda baca itu di dalam kalimat. Menurut EYD , tanda titik dua dipakai pada kalimat lengkap atau sempurna yang diikuti pemerian. Pemerian dapat dimaknai sebagai perincian atau penjelasan. Tampak, dari pernyataan itu bahwa titik dua (:) dipakai dengan dua syarat, yaitu (1) bagian depan titik dua tersebut haruslah sebuah kalimat yang sempurna yang salah satu bagiannya memerlukan suatu pemerian, dan (2) bagian yang mengikuti tanda titik dua itu haruslah sebuah pemerian. Pernyataan syarat (1) di atas mengindikasikan bahwa bagian sebelum tanda titik dua itu sangat potensial menjadi kalimat sehingga titik duanya bisa diganti dengan tanda titik (.).

Pernak-Pernik tentang Koma

Soal tanda baca koma (,) ini--saya pikir--masih ditemukan kesalahan mendasar, yaitu menganggap ada kaitannya antara tanda koma dengan intonasi baca kita. Maksudnya? Ada orang yang berpikir bahwa dalam meletakkan tanda koma dituntun dari intonasi baca kita pada kalimat. Saya pikir asumsi atau anggapan ini keliru sebab di dalam ejaan sama sekali tidak menyinggung-nyinggung peletakan koma itu dengan intonasi. Saya tidak akan membahas keseluruhan aturan koma di sini.Yang akan saya bahas hanya beberapa aturan saja.

objek dan pelengkap

Objek (disingkat O) dan pelengkap (disingkat Pel) adalah unsur yang bisa dikategorikan setengah inti. Artinya, pada kalimat tertentu objek dan pelengkap wajib hadir, sedangkan pada kalimat bentuk lain ketidahhadiran objek dan pelengkap bukanlah persoalan. Objek mirip dengan pelengkap, tetapi tentu saja keduanya berbeda. Letak objek dan predikat yang sering berada di ujung kalimat sering menyebabkan keduanya ditafsirkan sebagai keterangan. Namun, sebagaimana sudah saya jelaskan dalam artikel lain, keterangan (K) bukan unsur inti, kehadiran tidak wajib pada sebuah kalimat.

Ciri-Ciri Kalimat Tidak Efektif atau Tidak Baku

Sekurang-kurangnya ada dua pendapat kaitan antara kalimat efektif dan kalimat baku. Pertama, kalimat efektif disamakan dengan kalimat baku. Kedua, kalimat efektif adalah kalimat baku, tetapi tanpa melibatkan ejaan. Kalimat efektif secara umum berkaitan dengan struktur kalimat yang harus benar atau sesuai kaidah yang berlaku pada bahasa tersebut. Umumnya pendekatan yang dipakai untuk melihat kalimat efektif adalah pendekatan yang bersifat struktural dengan menekankan kelengkapan unsur-unsur inti kalimat.

Konjungsi Bisa Menyebabkan Ketidakbakuan Kalimat

Salah satu penyebab ketidakbakuan kalimat adalah penggunaan kata hubung (konjungsi) yang tidak tepat. Banyak di antara kita yang memandang kata hubung sekadar pada maknanya, padahal kata hubung pun memiliki fungsi. Dari fungsi itu pulalah, para linguis menyebutkan adanya beberapa ejenis kata hubung. Jenis-jenis kata hubung itu, misalnya, kata hubung antarklausa dan kata hubung antarkalimat. Adanya beberapa jenis kata hubung berdasarkan fungsinya itu maka pemakaiannya kata hubung harus tepat benar agar kalimat yang dihasilkan menjadi kalimat yang baku.

Predikat dalam Kalimat

Predikat (disingkat: P) merupakan unsur inti sebuah kalimat. Bahkan, predikatlah yang menentukan bagian depan atau belakangnya harus diisi dengan apa.Jika kalimat dijadikan kalimat minor, unsur yang tersisa adalah predikat. Jadi, inti paling utama dari kalimat adalah predikat. Dalam kalimat baku atau kalimat efektif, keberadaan predikat dianggap berpasangan dengan subjek. Sebab itu, sebuah kalimat efektif memiliki syarat utama kehadiran subjek dan predikat.

Subjek dalam Kalimat

Subjek, biasanya dikenal dengan singkatan huruf depannya saja, yaitu S, merupakan salah satu unsur inti yang harus ada dalam sebuah kalimat. Unsur lainnya yang harus ada,antara lain Predikat. Pada bagian ini, kita akan membahas unsur subjek meskipun subjek-predikat merupakan pasangan yang tidak terpisahkan. Artinya, di mana ada subjek maka harus ada predikat.

Jenis-jenis Klausa

Pernah dengar istilah klausa, bukan? Klausa mirip dengan kalimat sebab sama-sama memiliki subjek dan predikat. Bedanya adalah klausa tidak berintonasi final, artinya tidak diakhiri dengan tanda baca penanda akhir kalimat, seperti titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Pun, tidak mutlak diawali huruf kapital.

Jenis-Jenis Frasa

Masih ingat penjelasan saya tentang frasa? Baiklah, saya ulangi. Frasa adalah kelompok kata (dua kata atau lebih) yang menduduki satu fungsi kalimat dan pembentukan kelompok kata itu tidak mengubah makna kata-kata pembentuknya(tiap-tiapkata masih mempertahankan makna asalnya setelah terjadi penggabungan).

Sekali lagi soal singkatan dan akronim

Singkatan dan akronim itu berbeda meskipun keduanya bisa dianggap sebagai salah satu proses pembentukan kata. Penulisan singkatan dan akronim diatur di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Apa beda antara singkatan dan akronim?

Apa itu frasa?

Apa itu frasa? Secara sederhana, sebuah frasa dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok kata yang berada pada salah satu fungsi sintaksis serta penggabungan kata-kata itu masih mempertahankan secara utuh makna kata-kata yang bergabung tersebut.