Kalimat Baku: Hindari Keambiguan

Ambigu, taksa, dan ambivalensi sebenarnya sama (saya sudah membahas pada posting yang lalu). Ambigu terjadi pada satuan bahasa sekurang-kurangnya frasa. Jadi, ambigu itu bisa terjadi pada klausa, kalimat, bahkan paragraf (jika tidak memiliki judul)
Frasa topi raja yang besar bermakna ambigu. Dalam frasa itu, siapa atau apa yang besar? Apakah mengacu kepada raja ataukahh kepada topi? Dalam kelas, saya sering menyampaikan penyebab keambiguan sebuah frasa, dua di antaranya adalah pemakaian konjungsi yang dan penggunaan kata penggolong, seperti buah, ekor, orang, atau penyebut nama barang sebagai kata penggolong.
Contoh keambiguan di atas adalah disebabkan pemakaian kata yang. Contoh penggunaan kata penggolong, misalnya, dalam kalimat "Ibu membeli tiga ekor sapi". Ekor-nya ataukah sapinya yang dibeli ibu?
Menurut EYD, ketidakambiguan dapat dihindari dengan menggunakan tanda hubung (-).
Frasa topi raja yang besar agar lebih jelas dapat diberi tanda hubung, seperti di bawah ini
topi-raja yang besar=topi milik raja yang besar. Jadi, rajanya yang besar.
topi raja-yang besar=topi raja itu ukurannya besar. Jadi topinya yang besar.

Frasa buku sejarah baru bermakna ambigu. Agar tidak ambigu dapat ditulis
buku-sejarah baru=buku sejarah itu baru. Bukunya yang baru.
buku sejarah-baru=buku tentang sejarah bary. Sejarahnya baru.

Selamat membaca. Terima kasih.
Kang Insan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Inti kalimat dan Kalimat Inti

pemakaian titik dua (:)

Soal SNMPTN 2008: Kode 101