Bahasa Indonesia, Muara Semua Bahasa


Alif Danya Munsyi (1996) berkata, "9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah Asing?".  Kata asing yang dimaksud dalam pernyataan di atas termasuk di dalamnya kata-kata dari bahasa daerah. Kita harus mengakui kenyataan tersebut, tetapi bukan berarti kita mengecilkan bahasa Indonesia. Dalam ilmu bahasa (linguistik), para pakar bahasa sering berkata, "Setiap bahasa memiliki kata yang cukup bagi bangsa tersebut berkomunikasi." Artinya, pada dasarnya kata-kata dalam bahasa kita sudah cukup mengungkapkan kebutuhan komunikasi dan interaksi sesama kita.
 Sayangnya, sebagai makhluk sosial, manusia selalu punya hasrat untuk berhubungan dengan orang lain di luar wilayahnya atau bangsanya sendiri. Interaksi dengan bangsa lain itu memaksa kebudayaan bangsa lain dikenal--demikian juga sebaliknya dengan kebudayaan kita--sehingga mau tidak mau kita pun menerima kata atau istilah baru sehubungan dengan kebudayaan tersebut. Sebenarnya, bukan cuma kata yang berhubungan dengan budaya yang kita kenal, interaksi itu pun membawa sejumlah kata yang berhubungan dengan kekhasan wilayah tersebut baik berupa tanaman maupun hasil produk wilayah itu. Sebagai contoh, kata mangga dipinjam oleh bahasa Inggris sebab mungkin di Inggris dulu tidak ada tanaman tersebut. Sebaliknya, kita pun meminjam kata komputer dari bahasa Inggris sebab benda yang diwakili oleh kata tersebut tidak ada dan bukan dibuat pertama kali di negara kita.
Ada aksioma bahwa budaya itu berpengaruh pada bahasa. Bangsa Indonesia, misalnya, dikenal berbudaya pertanian. Sebab itu, tidaklah heran jika kita memiliki banyak kata yang berhubungan dengan pertanian. Kita memiliki kata gabahmenirberasnasidedek,  lontongketupat, dan lain-lain. Padahal, untuk kata-kata itu, bahasa Inggris hanya memakai kata rice.  Orang Eskimo di kutub sana yang dikelilingi salju memiliki banyak kata berhubungan dengan salju. Salju bagi orang Eskimo banyak jenisnya dan bentuknya sehingga setiap jenis dan bentuk itu punya kata sendiri-sendiri.
Kenapa begitu banyak kata asing dalam bahasa kita? Pertama, letak strategis Indonesia menyebabkan banyak kebudayaan besar "singgah" di sini. Agama-agama besar pun berdatangan ke sini. Mulai dari Hindu, Budha, Islam, Kristen, Konghucu berdatangan ke sini. Agama-agama membawa banyak kosa kata yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Untuk nama-nama hari dalam bahasa Indonesia, misalnya, enam nama hari, yaitu SeninSelasaRabuKamisJumat, dan Sabtu dipengaruhi bahasa Arab, sedangkanminggu dipengaruhi bahasa Portugis dari nama seorang padri Dominggo. Kata minggu sendiri sering diganti dengan kata ahad (bahasa Arab). Nama-nama bulan jelas adanya pengaruh Eropa.
Kedua, penduduk Indonesia yang mencapai 200 jutaan itu merupakan sasaran pasar. Produk-produk baru yang mencari pasaran pun masuk ke Indonesia. Produk-produk baru sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks ini, teknologi membawa kosa kata baru dalamm bahasa kita. Di atas, saya menyebut kata komputer, selain itu kita bisa lihat produk-produk teknologi baru membawa serta nama dan peristilah ke dalam bahasa kita. Ada handphone, SMS, email, internet, tablet, program, install menyusul kata seperti radio, televisi, tape recordervideo, CD, DVD, dan lain-lain.
Ketiga, karakter bangsa kita yang gampang menerima budaya bangsa lain sehingga tampaknya kita sering meninggalkan budaya asli kita sendiri. Budaya lain tampak lebih indah, lebih estetis, lebih elegan, bahkan terasa wah. Kita mulai meninggalkan penamaan diri kita yang dulu menggunakan kata-kata dalam bahasa kita sendiri. Dulu sekali kita ingat ada nama "Hayam Wuruk", "Gajah Mada". Sekarang, sulit sekali ada nama diri yang menggunakan kata-kata Indonesia. Nama perempuan mungkin masih ada, seperti "Bunga" dan "Indah".
Faktor-faktor  tersebut, jika pengaruhnya tidak dikurangi, akan menyebabkan bahasa Indonesia sebagai muara semua bahasa di dunia. Saya tidak tahu apakah kondisi itu mengkhawatirkan atau tidak?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Inti kalimat dan Kalimat Inti

pemakaian titik dua (:)

Soal SNMPTN 2008: Kode 101