mengapa koma di sana

Saat saya sedang menyiapkan powerpoint untuk pelajaran di kelas saya, seorang rekan guru terdengar berkata, "Selalu...selalu saja, sudah diberi tahu jangan koma di sana, eh, tetap saja koma di sana!"

"Siapa, Pak?" tanya saya.
"Anak-anak," jawabnya.
"Banyak anak-anak yang koma, Pak?"
"Bukan...bukan anak-anak yang koma. Anak-anak selalu salah meletakkan tanda baca koma."
"O, begitu. Memang, kalimatnya bagaimana?"
"Saya bilang pakailah tanda koma sesuai dengan intonasi baca. Bukan begitu, Pak?" tanya Pak Guru itu.
Saya tersenyum.
"Lho, jadi pernyataan saya salah, Pak?" Seolah dia tahu maksud senyum saya.
"Yang saya ketahui, Pak, di ejaan kita, tidak ada penjelasan pemakaian tanda baca koma harus mengikuti intonasi baca kita dalam kalimat," terang saya.
"Nah, nah, guruku dulu salah dong."
"Kalau guru tidak salah, Pak. Biasanya, mereka hanya khilaf."
"Ya, ya, saya suka pernyataan itu. OK, coba terangkan padaku tentang koma itu," pintanya.
"Tadi kalimat anak-anak yang Bapak salahkan bagaimana bunyinya?"
"Begini. SBY, Presiden Republik Indonesia berkata, bahwa ...."
"Baik, saya analisis, ya Pak.
Seharusnya kalimatnya: SBY, Presiden RI, berkata bahwa Indonesia kaya raya.
dalam ilmu bahasa bagian Presiden RI dalam kalimat tersebut merupakan keterangan apositif. Menurut ejaan, keterangan seperti itu harus diapit oleh koma. Jadi, depan-belakangnya ada koma. Zaman dulu ada istilah anak kalimat dan induk kalimat. Anak kalimat berciri diawali kata hubung. Dalam kalimat di atas kata hubungnya, yaitubahwa. Sebab itu, bahwa Indonesia kaya raya merupakan anak kalimat. Sebaliknya, induknya adalah SBY, Presiden RI, berkata. Nah, aturan ejaannya adalah jika induk kalimat mendahului anak kalimat, tidak perlu induk kalimat diikuti tanda koma. Sebaliknya, jika anak yang mengikuti induk, anak harus diikuti koma.
Misalnya. Walaupun rumahnya dekat dari sini, Mamat tidak pernah datang.
Kata hubungnya walaupun maka walaupun rumahnya dekat dari sini adalah anak kalimat. Sebaliknya, Mamat tidak pernah datang merupakan induk. Nah, anaknya mendahului induk maka harus ada koma yang mengikuti anak. Kalau dibalik, tidak perlu koma. Mamat tidak pernah datang walaupun rumahnya dekat dari sini.
Begitu, Pak"
"Jadi, kalimat 'Sebab sinyal kuat, saya memakai Telkomsel'. Pakai koma. Kalau dibalik 'Saya memakai Telkomsel sebab sinyalnya kuat' tidak pakai koma, begitu, Pak?"
Alhamdulillah dapat pahala di awal puasa. Dalam hati saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Inti kalimat dan Kalimat Inti

pemakaian titik dua (:)

Soal SNMPTN 2008: Kode 101