Gegara Tetiba Kita Bingung

Ada dua bentuk kata yang belakangan ini sering dipakai dalam berkomunikasi di media sosial. Kedua bentukan kata itu adalah gegara dan tetiba. Apakah dua bentuk kata ini betul?
Pertama, saya pikir dua kata itu dibentuk dengan analogi, yaitu mengikuti pola bentukan kata yang sudah ada. Pembentukan kata yang saya maksudkan adalah pola bentukan melalui reduplikasi atau pengulangan kata. Dalam proses pembentukan kata ulang, misalnya, kita dapatkan bentuk lelaki yang konon berasal dari kata laki-laki, kemudian dijadikan kata ulang sebagian atau dwipurwa dalam konsep lingustik tradisional. Contoh yang lain adalah tetangga, yang pada awalnya berasal dari kata tangga, kemudian dijadikan kata ulang sebagian, yaitu dengan mengulang bagian depannya sehingga menjadi tatangga, kemudian dihaluskan dengan mengubah fonem a pada ta menjadi te- sehingga hasilnya menjadi tetangga.
Prosesnya seperti tergambar di bawah ini:
laki-->lalaki-->lelaki
tangga-->tatangga-->tetangga
luhur-->luluhur-->leluhur
Jadi, ada yang bernalogi seperti proses di atas, yaitu tiba-->titiba-->tetiba dan gara-->gagara-->gegara
Kedua, saya pikir bahwa bentukan gegara atau tetiba yang dianalogikan seperti dalam proses lelaki, leluhur, dan tetangga kurang tepat. Mengapa? Kata laki menjadi lelaki, luhur menjadi leluhur, tangga menjadi tetangga adalah kata-kata yang merupakan kata dasar. Dalam KBBI, kita tidak menemukan bentuk gara atau tiba yang masih selingkup artinya dengan gara-gara atau tiba-tiba. Betul, dua kata itu terdapat juga dalam KBBI, tetapi dengan makna yang sangat jauh berbeda. KBBI menunjukkan bahwa gara-gara dan tiba-tiba adalah kata dasar atau bentuk dasar, sama halnya seperti kupu-kupu dan kura-kura yang tidak mungkin kita jadikan kekupu atau kekura.
Ketiga, atas dua alasan tersebut, menurut saya, bentukan kata gegara dan tetiba bukan hasil bentukan kata yang betul sehingga kita harus mengembalikan kata tersebut menjadi gara-gara dan tiba-tiba.


Komentar

  1. klikanggaran.com adalah situs tentang anggaran dan penganggaran di Indonesia

    BalasHapus
  2. ah iya, tapi suka enak aja ya ngucapinnya hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Inti kalimat dan Kalimat Inti

pemakaian titik dua (:)

Soal SNMPTN 2008: Kode 101